• Ahlan Wa Sahlan !

    Protokol Zionis Yahudi untuk Menaklukkan Dunia



    Sebuah dokumen yang disebut “Protokol’, yang terdiri dari 24 berkas yang dikenal sebagai ‘Protokol dari para Pinisepuh Zion yang Bijak’ (‘The Protocols of the Learned Elders of Zion’).
    Sanggahan kaum Yahudi terhadap ‘Protokol’ sejauh ini mencoba membuat orang berpikir dokumen itu berasal dari Rusia. Tetapi kemungkinan lebih besar “Protokol’ itu datang melalui Rusia, sekali pun kecil sekali. Dari gaya bahasa dan substansinya ‘Protokol’ tidak ditulis oleh orang Rusia, tidak juga dalam bahasa Rusia, apalagi dipengaruhi oleh keadaan di Rusia. Diduga ia mendapatkan jalannya ke Rusia, dan diterbitkan disana kira-kira pada tahun 1905 oleh professor Nilus, yang mencoba menterjemahkan apa yang terjadi di Rusia berdasarkan peristiwa-peristiwa yang diacu di dalam dokumen ‘Protokol’.
    Terbitan itu dibaca oleh para diplomat di berbagai tempat di dunia dalam bentuk manuskrip. Dimana saja bila orang Yahudi mampu melakukannya, mereka akan menyanggah atau bahkan menghancurkannya, kadangkala dengan tindakan yang sangat ekstrim. Kegigihan mereka menyanggah keterkaitan mereka dengan ‘Protokol’ justru menantang keingintahuan orang. Kebohongan tidak akan bisa bertahan lama, kekuatannya cepat menyusut. ‘Protokol’ makin ditutup-tutupi makin menjadi lebih hidup daripada sebelumnya. Ia menyusup bahkan ke tempat-tempat yang lebih tinggi. Ia memaksa terbentuknya sikap investigatif yang lebih sungguh-sungguh daripada sebelumnya. ‘Protokol’ adalah sebuah program mendunia – tidak ada keraguan tentang hal itu – program-programnya cukup jelas dalam dokumen itu.
    ‘Protokol’ itu menarik perhatian kalangan luas di Eropa, karena telah menimbulkan badai pendapat di Inggris, meski diskusi tentang hal itu di Amerika Serikat relatif terbatas. Siapa yang pertama kali memberikan judul dokumen itu dengan payung oleh ‘Para Pinisepuh Zion yang Bijak’ tidak pernah terungkap. Barangkali hal itu dimaksudkan untuk menghilangkan kecurigaan yang merunut kepada sumber-sumber Yahudi tanpa perlu merusak atau menghilangkan bagian-bagian penting dari dokumen tersebut, dan tetap mempertahankan semua pokok pikiran utama mengenai program yang paling komprehensif bagi penguasaan dunia yang pernah diketahui oleh publik.
    Namun untuk dapat menghilangkan petunjuk yang dapat mengacu kepada sumber-sumber Yahudi, (para) perumusnya perlu mengeluarkan sejumlah kontradiksi, yang tidak ada di dalam ‘Protokol’ pada bentuknya yang sekarang ini. Tujuan dari rencana yang terungkap di dalam ‘Protokol’ ialah untuk menumbangkan seluruh kekuasaan yang ada agar dapat membangun satu kekuasan baru yang didasarkan pada otokrasi. Rencana itu tidak mungkin sebuah produk dari suatu klas yang sedang berkuasa yang telah memiliki kekuasaan di dalam tangannya, meskipun dapat sebagai produk dari kaum anarchis. Tetapi kaum anarchis tidak pernah menyuarakan sistem otokrasi sebagai tujuan akhir perjuangan mereka. Para perumusnya pernah diduga berasal dari kaum subversif Perancis yang pernah ada pada masa Revolusi Perancis di bawah pimpinan Duc d’Orleans sebagai pemimpin kaum ‘illuminatus’ Perancis, tetapi spekulasi ini juga menimbulkan kontradiksi dengan kenyataan bahwa kaum ‘subversif Perancis’ itu sudah lama tiada, sementara kenyataan menunjukkan program yang dinyatakan di dalam ‘Protokol’ itu masih terus dilaksanakan sampai dengan hari ini, bukan hanya di Perancis, tetapi juga di seluruh Eropa, dan yang paling kentara adalah di Amerika Serikat.
    Jika dokumen ini benar-benar palsu sebagaimana yang selalu dikemukakan oleh kaum Yahudi, para pemalsu itu tentu akan berusaha benar untuk membuat sumber-sumber Yahudi tampak dengan jelas, sehingga fitnah anti-Semit mereka akan memberi buah. ‘Protokol’ hanya pernah menyebut kata ‘Yahudi’ dua kali di dalam dokumen itu. Bila seseorang membaca lebih cermat, ia akan sampai pada kesimpulan adanya rencana untuk membangun Otokrasi Dunia, dan barulah sesudah itu dapat diterka garis silsilah dari sang penulisnya.
    Namun, dari isi dokumen itu tidak diragukan lagi kepada siapa program itu ditujukan. Program itu tidak ditujukan kepada kalangan aristokrasi tertentu. Juga tidak ditujukan kepada pemilik modal tertentu. Secara definitif ada suatu daftar yang disusun meliputi kaum aristokrasi, pemodal, dan pemerintah, yang menjadi sasaran pelaksanaan dari rencana tersebut.
    Program itu ditujukan kepada penduduk dunia yang disebut kaum ‘non-Yahudi’ (‘Gentiles’), karena kata ‘non-Yahudi’ itu disebutkan berkalikali yang menjadi sasaran dari dokumen itu. Sebagian besar dari tipe rencana-rencana ‘liberal’ yang merusak itu ditujukan kepada daftar orang yang dikategorikan sebagai penolong; rencana ini ditujukan untuk mendegenarasikan masyarakat agar mereka direduksi kepada kondisi kebingungan, sehingga lebih mudah dimanipulasi. Gerakan rakyat yang dari jenis ‘liberal’ akan didorong ke depan, semua falsafah yang merusak di bidang agama, ekonomi, politik, dan kehidupan rumah-tangga, akan disemai dan dikompori, dengan maksud untuk men-disintegrasi-kan solidaritas sosial, dan suatu rencana definitif, melalui kekacauan itu dijalankan; program itu dimulai tanpa pemberi-tahuan, dan masyarakat akan dilibatkan ke dalam program destruktif itu bersamaan dengan disebarkannya kepalsuan falsafah tadi.

    Rumus pidatonya bukan, “Kami kaum Yahudi akan melaksanakan program ini”, tetapi “Kaum kulit putih Kristen akan dibuat sedemikian rupa untuk memikirkan dan menjalankannya”. Dengan perkecualian pada beberapa hal, pada bagian penutup ‘Protokol’, satu-satunya ras yang secara menyolok disebut-sebut adalah ‘kaum kulit putih Kristen’.

    Divergensi rasial dapat ditemukan pada ‘Protokol yang Pertama’ yang mengemukakan sebagai berikut :

    “Kualitas luhur yang ada pada masyarakat adalah – kejujuran dan keterbukaan – merupakan peluang penting dalam politik, karena sifatsifat ini akan melengserkan secara pasti dan meyakinkan, melebihi musuh yang paling kuat sekali pun. Sifat-sifat ini melekat pada kaum non-Yahudi; kita sudah barang tentu tidak boleh dipimpin oleh mereka”.

    Di bagian lain,

    “Di atas puing-puing reruntuhan aristokrasi kaum non-Yahudi, kita akan membangun aristokrasi dari kalangan klas terdidik kita, dan atas segenap aristokrasi keuangan. Kita telah membangun basis bagi aristokrasi yang baru ini atas dasar kekayaan yang kita kendalikan, dan atas dasar ilmu-pengetahuan yang dibimbing oleh kaum bijak kita”.

    Kemudian,

    “Kita akan memaksa menaikkan upah, yang sebenarnya tidak akan memberikan manfaat sedikit pun bagi kaum buruh, karena pada saat yang bersamaan kita akan menaikkan harga-harga keperluan utama, dengan berpura-pura berdalih bahwa semuanya terjadi karena menurunnya hasil pertanian dan peternakan. Kita juga dengan cantik dan dengan sungguh-sungguh harus merusak sumber-sumber produksi dengan menanamkan gagasan anarchie kepada kaum buruh, dan mendorong mereka untuk mengkonsumsi minuman keras, dan dengan itu pada saat yang bersamaan mengambil langkah-langkah untuk mengusir kaum intelektual non-Yahudi untuk meninggalkan negerinya.”

    (Seorang pemalsu dengan pikiran jahat anti-Semit dapat saja menulis pikiran semacam ini, tetapi patut dicatat kata-kata semacam ini telah dicetak pada tahun 1905 yang silam, seberkas salinannya ada di British Museum sejak tahun 1906, dan dokumen ini telah lama beredar di Rusia jauh sebelumnya). Pikiran di atas tadi masih berlanjut,

    “Situasi seperti di atas tidak boleh sampai diketahui secara premature oleh kaum non-Yahudi, kita harus memasang tirai melalui usaha-usaha seolah-olah gerakan kita untuk membantu klas buruh dan mempromosikan prinsip-prinsip ekonomi yang hebat; untuk maksud itu propaganda yang aktif harus dijalankan dengan menggunakan teori-teori ekonomi kita itu”.

    Kutipan-kutipan di atas menggambarkan gaya ‘Protokol’ ketika merujuk pihak-pihak yang terlibat. Dokumen itu menggunakan kata-ganti orang “kita” bagi penulisnya, dan “kaum non-Yahudi” (‘Gentiles’) kepada mereka yang sedang diperbincangkan. Hal ini dengan sangat jelas ditemukan dalam ‘Protokol yang Keempat-belas’,

    “Dalam divergensi ini antara kaum non-Yahudi dengan kita, dalam kemampuan berpikir dan mengembangkan nalar harus dilihat dengan jelas alasan mengapa kodrat menetapkan kita sebagai “Ummat Pilihan”, sebagai manusia yang memiliki derajat lebih tinggi, yang membedakan kita dengan kaum non-Yahudi yang memiliki hanya naluri dan pikiran hewani. Mereka mengamat, tetapi mereka tidak mampu melihat ke depan, dan mereka tidak mampu menciptakan apa pun (kecuali mungkin
    hal-hal yang bersifat materiel). Dari sini jelas bahwa Alam sendiri telah mentakdirkan kita untuk menguasai dan membimbing dunia”.

    Pernyataan ini merupakan metoda kaum Yahudi membagi ummat manusia sejak awal sejarah. Dunia hanya terdiri dari kaum Yahudi dan kaum non-Yahudi; manusia yang bukan Yahudi termasuk ‘gentile’, atau dalam bahasa Ibraninya ‘goyyim’, yaitu makhluk bukan-manusia dan hanya sederajat dengan binatang. Penggunaan kata ‘Yahudi’ akan lebih jelas digambarkan dalam ‘Protokol yang Kedelapan’,

    “Untuk sementara waktu sampai saat yang cukup aman tiba untuk memberikan jabatan-jabatan pemerintahan kepada saudara-saudara kita kaum Yahudi, kita akan mempercayakan jabatan-jabatan itu kepada mereka yang ‘track-record’-nya dan wataknya sedemikian rupa, yaitu adanya jurang yang lebar antara mereka dengan rakyatnya”.

    Tentang usia dari program yang ada disentuh dua kali di dalam ‘Protokol’ itu sendiri. Dalam ‘Protokol yang Pertama’ paragraf ini muncul,

    “Sejak ‘masa kuno’ kita adalah orang pertama yang meneriakkan katakata, ‘Kebebasan, Persamaan, Persaudaraan’, di antara manusia. Kata-kata itu telah berkali-kali diulang-ulang oleh beo-kampanye pemilihan umum, yang menghimpun orang untuk mendengarkan umpan ini, dengan mana mereka telah meruntuhkan kemakmuran dunia dan kemerdekaan abadi yang sejati. Orang non-Yahudi yang menyangka dirinya pandai dan cerdas tidak mengerti perlambang dari kata-kata tadi; tidak mengamati kontradiksi maknanya; tidak memperhatikan bahwa secara kodrati tidak ada persamaan.”

    Rujukan lainnya tentang tuntasnya program ditemukan di dalam ‘Protokol yang Ketigabelas’,

    “Persoalan kebijakan, bagaimana pun juga tidak diizinkan kepada siapa pun juga kecuali mereka yang merumuskan kebijakan itu dan telah mengarahkannya selama berabad-abad ini”.

    Berdasarkan analisis, di dalam ‘Protokol’ mengandung empat bagian.Pembagian itu tidak tertulis di dalam struktur dokumen itu, tetapi di dalam substansi pemikirannya. Keempat bagian utama itu merupakan kelompok besar yang membentuk cabang-cabang lagi.
    pertama, memuat pandangan kaum Yahudi tentang kodrat manusia, khususnya tentang watak kaum non-Yahudi. Yang kedua, keterangan tentang apa yang telah dicapai oleh program ‘Protokol’ – yaitu hal-hal yang telah dikerjakan. Ketiga, tentang instruksi lengkap tentang metoda yang digunakan agar program yang sedang berjalan dapat berhasil. Keempat, detil-detil beberapa hal yang telah dicapai, yang ketika tulisan itu diturunkan, hal-hal itu masih sedang dilaksanakan.
    Beberapa di antara sasaran-sasaran yang diinginkan itu telah tercapai. Harap diingat antara tahun 1905 dan saat ini telah dilakukan usaha yang kuat untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu. Pencapaian yang harus diraih itu antara lain ialah memecah-belah solidaritas dan kekuatan kaum non-Yahudi, dengan mempercepatnya melalui peperangan-peperangan di Eropa. Metoda yang digunakan adalah disintegrasi. Masyarakat dipecah-belah ke dalam berbagai partai, kemudian dipecah-belah lagi kedalam berbagai faksi di dalam partai dan sekte. Untuk itu mereka menyemaikan gagasan-gagasan utopis dengan cara-cara yang meyakinkan. 
    Untuk mencapai hal itu ‘Protokol’ menganggap perlu untuk melakukan dua hal: selalu harus ada sekelompok orang yang menyambut setiap gagasan yang dilemparkan; hasilnya dapat dipastikan akan selalu terjadi perpecahan sebagai akibat munculnya pertentangan pendapat tentang gagasan itu antara berbagai kelompok. Para penyusun ‘Protokol’ menunjukkan detil-detil bagaimana cara melemparkan gagasan yang kontroversial. Tidak boleh dibatasi pada hanya satu gagasan, tetapi harus sejumlah gagasan yang kontroversial dilemparkan, yang mengakibatkan tidak ada kesatuan pendapat di antara para penerimanya. Ujungnya adalah perpecahan serta keresahan yang meluas, dan itulah hasil yang dituju. Jika tidak juga terpengaruh oleh provokasi dengan kekacauan sebelumnya, ‘Protokol’ mengarahkan upaya memecah-belah harus dilakukan lagi dengan gagasan yang lain, yang tidak menimbulkan kecurigaan dalam rangka tetap dapat memegang kontrol terhadap perkembangan keadaan. Jadi, sekelompok minoritas yang memiliki prakarsa atas suatu rencana akan lebih mampu mewujudkannya dengan cara yang lebih baik dibandingkan dengan suatu bangsa atau dunia yang dipecah-belah ke dalam seribu kelompok yang saling bertikai. 

    Divide et impera, itulah motto ‘Protokol’. Ambil contoh dari kalimat ini, yang diangkat dari ‘Protokol yang Pertama’,

    “Kemerdekaan politik hanyalah sekedar ‘idea’, bukan ‘fakta’. Adalah penting untuk memahami bagaimana mengeterapkan ‘idea’ bilamana ada kebutuhan untuk mendapatkan dukungan masyarakat terhadap suatu partai atau seseorang, jika partai itu ingin mengalahkan partai lain yang tengah berkuasa. Tugas ini akan menjadi lebih ringan bila pihak lawan telah dicemari oleh prinsip-prinsip kebebasan, atau apa yang disebut liberalisme. Biasanya demi suatu ‘idea’ ia akan bersedia
    menyerahkan sebagian dari kekuasaannya.” 

    (Kutipan ini memperlihatkan bahwa konsep ‘Liga Bangsa-Bangsa’ dan ‘Perserikatan Bangsa-Bangsa’ tidak lebih dari suatu konsep tipuan, karena di kedua lembaga itu idea yang bagus selalu berhadapan dengan fakta yang pahit).

    Bagian ini diangkat dari ‘Protokol yang Kelima’,

    “Untuk menguasai pendapat umum, yang pertama-tama diperhatikan ialah pentingnya mengacaukan pendapat umum itu dengan cara menyampaikan beragam pendapat yang saling bertentangan …ini kaidah yang pertama. Kaidah kedua, ialah upaya meningkatkan dan mengintensifkan persepsi tentang kekurangan-kekurangan yang ada di dalam masyarakat, tentang kebiasaan yang berkembang, aspirasi, dan gaya hidup, sehingga ditumbuhkan kekesalan terhadap kehidupan yang memperlihatkan adanya kekacauan; akibatnya, masyarakat akan kehilangan saling-percaya satu dengan lainnya. Langkah ini akan membuahkan perbedaan pendapat pada semua pihak dan lapisan, mendisintegrasikan kekuatan kolektif yang ada pada mereka, diiringi upaya menghilangkan atau menekan prakarsa-prakarsa yang mungkin akan dapat menjegal usaha kita”.

    Dan kutipan di bawah ini dari ‘Protokol yang Ketigabelas’,

    “…dan engkau juga boleh memperhatikan bahwa kita mencari persetujuan, bukan terhadap tindakan-tindakan kita, tetapi terhadap tutur-kata kita yang diucapkan dalam hubungan satu dan lain persoalan. Kita selalu mengumumkan secara terbuka bahwa kita dibimbing dalam setiap tindakan kita dengan harapan dan keyakinan bahwa kita bekerja untuk kebajikan”.

    Dengan mempelajari dunia dewasa ini ada kemungkinan untuk membangun situasi yang kondusif ke arah yang dikehendaki oleh ‘Protokol’, yaitu penyelesaian Rencana Penguasaan Dunia yang mereka rencanakan.

    Ambil misalnya dari ‘Protokol yang Kesembilan’,

    “Dalam kenyataan tidak ada yang merintangi kita. Adi-pemerintahan (‘super government’) kita ‘mempunyai’ status hukum yang luar-biasa yang dapat disebut dengan nama – kediktatoran. Saya dengan sadar dapat menyatakan bahwa pada waktu ini ‘kita’-lah pencipta undang-undang. Kita ‘membentuk peradilan’ dan yurisprudensi. Kita ‘memerintah’ dengan tekad yang kuat, karena partai-partai yang kuat ada di dalam ‘genggaman’ tangan kita, sekarang kitalah yang berkuasa”.

    Dan kutipan yang ini dari ‘Protokol yang Kedelapan’,

    “Kita akan mengepung pemerintahan yang ada dengan para ekonom kita. Karena alasan inilah ‘ilmu ekonomi menjadi mata-pelajaran utama yang dituntut dan diajarkan oleh kaum Yahudi’. Kita akan dikelilingi oleh galaxi yang terdiri dari para bankir, industrialis, kapitalis, dan terutama kaum milyuner, karena sebenarnya segala sesuatu akan ditentukan oleh daya tarik kepada angka-angka”.

    “Protokol yang Keenam”, yakni,

    “Membangun kekuatan Zionisme melalui manipulasi ekonomi, terutama melalui monopoli perbankan dan kekuatan keuangan”.

    Dalam ‘Protokol yang Ketujuh-belas’ ditemukan pernyataan yang sangat menarik bagi mereka yang ingin bekerja-sama dengan kaum Yahudi di bidang pemikiran keagamaan dalam rangka membangun saling-mengerti dan toleransi,

    “Kita telah lama menjaga dengan hati-hati upaya mendiskreditkan para rohaniwan non-Yahudi dalam rangka menghancurkan missi mereka, yang pada saat ini dapat secara serius menghalangi missi kita. Pengaruh mereka atas masyarakat mereka berkurang dari hari-kehari. Kebebasan hati-nurani yang bebas dari paham agama telah dikumandangkan dimana-mana. Tinggal masalah waktu agama-agama itu akan bertumbangan”.

    Sebuah paragraf dalam klaim ‘Protokol’ di atas memberikan pernyataan tentang kaum Yahudi yang memiliki keahlian khusus dalam seni menghina orang,

    “Pers kita akan mengekspos masalah-masalah pemerintahan dan keagamaan dan tentang ketidak-becusan kaum non-Yahudi, dengan menggunakan istilah-istilah yang melecehkan sedemikian rupa, sehingga mendekati penghinaan; keahlian yang sudah lama dikenal di kalangan kaum kita.”

    Dan kutipan di bawah ini diambil dari ‘Protokol yang Kelima-belas’,

    “Di bawah pengaruh kita, ‘pelaksanaan hukum’ kaum non-Yahudi harus dapat diredusir seminimum mungkin. Penghormatan kepada hokum harus ‘dirongrong’ dengan cara interpretasi sebebas mungkin sesuai dengan apa yang telah kita perkenalkan pada bidang ini. Pengadilan akan ‘memutuskan’ apa yang kita dikte, bahkan dalam kasus-kasus yang mungkin mencakup prinsip-prinsip dasar atau isu-isu politik melalui jalur pendapat surat-kabar dan jalur lainnya.”

    Klaim tentang kontrol terhadap pers banyak sekali. Kutipan di bawah ini merupakan tekanan tentang pernyataan itu dari ‘Protokol yang Keempat-belas’,

    “Di negara-negara yang disebut ‘maju, kita ‘telah menciptakan’ literatur yang tak-berperasaan, jorok, dan memuakkan. Segera setelah kita memegang kekuasaan, kita akan makin mendorong kehadiran literatur semacam itu, sehingga mereka akan memperlihatkan secara lebih kontras antara tulisan-tulisan media mereka dengan pernyataanpernyataan tertulis maupun lisan yang datang dari kita”.

    Perencanaan control terhadap Pers dapat dilihat, di bawah ini,

    ‘Protokol yang Kedua-belas’,

    “Kita akan menangani Pers dengan cara sebagai berikut:
    1. Kita harus menungganginya dan mengendalikannya dengan ketat. Kita juga harus melakukan hal yang sama dengan barang cetakan, karena kita perlu melepaskan diri kita dari serangan-serangan Pers, kalau kita tetap terbuka terhadap
    kecaman melalui pamflet dan buku-buku.
    2. Tak boleh satupun pernyataan sampai ke masyarakat diluar pengawasan kita. Kita telah mencapai hal itu pada saat ini sampai pada suatu tingkat dimana semua berita disalurkan melalui kantor-kantor berita yang kita kendalikan dari seluruh bagian dunia.
    3. Literatur dan jurnalisme merupakan dua kekuatan pendidikan yang sangat penting, dan karena itu pemerintah kita akan menjadi pemilik sebagian besar dari jurnal-jurnal yang ada. Kalau ada sepuluh jurnal swasta, maka kita harus memiliki tiga-puluh jurnal milik kita sendiri, dan seterusnya.

    Hal ini tidak boleh sampai menimbulkan kecurigaan di masyarakat, karena alasannya semua jurnal yang kita terbitkan akan diluar kecenderungan dan pendapat yang paling kontroversial, jadi kita membangun kepercayaan pada masyarakat dan menarik perhatian lawan-lawan kita yang tidak mencurigai kita, dan akan masuk perangkap kita dan membuat mereka tidak berbahaya.”

    Dan kutipan dari ‘Protokol yang Kedua-belas’,

    “ ‘Kita telah menguasai (pers) pada saat ini’ sampai ke tingkat dimana semua berita disalurkan melalui kantor-kantor berita kita ke semua bagian dunia. Kantor-kantor berita ini berdasarkan tujuan dan maksudnya menjadi institusi kita dan akan menyiarkan hanya yang kita izinkan”.

    Kutipan di bawah ini diangkat dari ‘Protokol yang Ketujuh’ yang membawa pesan yang sama,

    “Kita harus memaksa pemerintahan kaum non-Yahudi untuk mengambil langkah-langkah yang akan memperluas rencana besar yang telah kita susun, yang telah mendekati sasaran kemenangan, dengan cara memberikan tekanan pendapat umum yang telah kita rekayasa, yang ‘kita susun’, dengan bantuan apa yang dinamakan ‘kekuasaan keempat’ yaitu pers. Dengan beberapa perkecualian, ‘kekuasaan itu sudah ada di tangan kita’ .”

    ‘Protokol’ tidak pernah menganggap diaspora kaum Yahudi di muka bumi sebagai laknat atau kutukan. Mereka justeru memandangnya sebagai suatu karunia Tuhan yang diiradatkan untuk memudahkan pelaksanaan Rencana Penguasaan Dunia sebagaimana dikemukakan oleh ‘Protokol yang Kesebelas’ di bawah ini,

    “Tuhan telah melimpahkan karunia kepada kita, ‘Ummat Pilihan-Nya’, suatu rakhmat, ‘yang nampaknya seolah-olah seperti kelemahan kita’, padahal sebenarnya merupakan ‘kekuatan kita’. ‘Itulah yang telah membawa kita’ ke serambi penguasaan atas seluruh dunia.”

    Klaim keberhasilan yang dikemukakan dalam ‘Protokol yang Kesembilan’ akan menjadi kata-kata yang terlalu massif, sekiranya hal itu bukan realitas konkret yang massif pula, disini kata dan aktualitasnya adalah fakta,

    “Agar supaya tidak menghancurkan institusi-institusi kaum non-Yahudi sebelum waktunya, ‘kita telah meletakkan’ ikhtiar dan menggenggam pegas mekanisme mereka. Mekanisme itu semula ada dalam keadaan kuat dan tertib, tetapi ‘kita telah’ menggantikannya dengan suatu administrasi bebas yang membuatnya kacau. ‘Kita telah’ melakukan campur-tangan terhadap yurisprudensi wiralabanya, persnya, kebebasan pribadinya, dan yang paling penting, pendidikan dan budayanya, yang merupakan sokoguru dari eksistensi yang kebebasan.”
    “ ‘Kita telah’ menyesatkan, membuat mereka terpana, dan mendemoralisasi-kan generasi muda kaum non-Yahudi melalui pendidikan tentang prinsip-prinsip dan teori-teori yang bagi kita merupakan hal-hal yang palsu, yang ‘telah kita’ jadikan inspirasibagi mereka. Di atas hukum yang berlaku, tanpa perubahan yang sesungguhnya, kita mendistorsikannya dengan interpretasi yang kontradiktif, ‘kita telah’ menciptakan sesuatu yang mengagumkan dilihat dari hasilnya.”

    Kutipan ‘Protokol yang Pertama’

    “Kemenangan kita diperoleh dengan lebih mudah berdasarkan kenyataan bahwa dalam hubungan dengan mereka yang kita inginkan, kita selalu bekerja pada simpul-simpul yang paling peka pada pikiran manusia, pada rekening tunai, pada nafsu manusia, pada ketidakpuasan manusia akan kebutuhan materiel; pada setiap kelemahan manusiawi ini, ia sudah cukup untuk melumpuhkan prakarsa, karena ia menyerahkan kemauan manusia kepada disposisi dia yang telah membeli kegiatan kegiatannya”.

    0 komentar:

    Posting Komentar

     

    Histat Counter

    Alexa Rank

    Total Tayangan

    DMCA

    Feedjit Traffic Feed

    Get This WidgetGet This Widget